Cerita Riba dan Bunga BANK Convensional

Definisi riba

Jayen: “ya udah, kita mulai dari definisinya dulu deh, setahu loe, riba itu apa sih?
Saya: “Karena loe bertanya tentang bunga bank dan riba, maka sekarang gue cuma menerangkan riba nasi’ah karena bunga bank termasuk jenis riba ini. Setahu gue sih, riba itu tambahan yang disyaratkan terhadap uang pokok tanpa ada transaksi pengganti yang disyaratkan. Yang harus kau perhatikan lebih dalam adalah kata disyaratkan. Jadi kalau kau pinjam duit ke aku Rp 10.000 terus aku mensyaratkan entar kembalinya harus 10.050 maka Rp 50 itu riba. Tetapi kalau aku tidak mensyaratkan kamu untuk memberikan tambahan pada uang pokok yang loe pinjam, tetapi ketika pembayaran kau ngasih aku Rp 15.000. Rp 10.000 untuk membayar utang dan Rp 5.000 untuk hadiah buat gue maka ini bukan riba. Loe ngertikan letak perbedaan dua kondisi diatas? Perbedaannya adalah disyaratkan atau tidak atas tambahan uang pokok tersebut.

Yang ngasih Syarat adalah yang ngutang
Jayen: “gimana kalau gue ngomong gini,’pinjemin gue uang Rp 10.000, entar dua hari lagi gue kembaliin Rp 15.000’ dalam kasus ini tambahan itu yang mensyaratkan adalah gue yang minta utang bukan loe yang ngasih utangan dan itu gue kasih loe Rp 5.000 atas keridhoan dan keikhlasan gue, karena loe dah baik ngutangi gue ketika gue kesusahan, apa itu termasuk riba?”
Saya: “kalau menurutku itu bukan riba karena riba itu terjadi kalau yang memberi syarat tambahan adalah orang yang memberi utangan. Dalam contoh kasus diatas, kalau gue ngasi syarat loe harus mengemlalikan lebih dari pokok pinjaman, maka itu riba. Tetapi kalau gue ga ngasih syarat tambahan atas pokok pinjaman, tetapi loe ngasih pembayaran lebih dari pokok, besarnya tambahan itu atas kemauan loe, loe ikhlas ngasih tambahan itu sebagai hadiah buat gue, ya itu bukan riba. Soalnya Nabi Muhammad saw itu kalau beliau bayar utang biasanya suka lebih besar dari pokok utangnya dan beliau mensunahkan hal ini selama kelebihan itu bukan disyaratkan oleh si pemberi utang.

Yang Ngutang Ridho ngasih Tambahan Atas Uang pokok pinjaman
Jayen: “Misalnya gue pinjem duit ke loe Rp 10.000, loe mensyaratkan kalau gue harus ngembaliin Rp 10.050. ada tambahan Rp 50. gue pikir tambahan Cuma Rp 50 itu kan kecil banget, jadi gue ikhlas dan ridho banget dengan syarat yang loe kasih. Gue kan ikhlas dan ridho nih ngasih loe tambahan Rp 50. Piye bro, itu riba ga?”
Saya: “sebelum gue jawab, loe jawab dulu pertanyaan gue, kalau loe ngelakuin zina ma si Jamilah, loe dan dia ngelakuinnya suka sama suka, ikhlas, dan saling ridho. Itu dosa ga?”
Jayen: “ya dosa lah bro, zina itu kan dosa.”
Saya: “pokoknya intinya bro, kalau ada syarat penambahan atas pokok pinjaman dan yang mensyaratkan itu yang ngasih pinjaman, itu riba. Riba itu haram dan perbuatan dosa. Kalaupun yang melakukannya itu saling suka sama suka, saling ikhlas, saling ridho, yang namanya perbuatan dosa atau yang dilarang, yah tetep haram. Kalau loe ngawinin adik loe yang cewe, loe ridho dan ikhlas kawin sama dia begitu juga adik loe, apakah perkawinan loe itu jadi sah? Apakah jadi halal? Perkawinan itu tetap dilarangkan.”
Apakah Bumga Bank Riba?
Jayen: “menurut loe, bunga bank itu riba bukan?”
Saya: “setahu gue, ketetapan bunga bank itu riba sudah menjadi kesepakatan mayoritas ulama di seluruh dunia. Dulu gue pernah nerangin ke loe kan bahwa Rasulullah pernah bersabda, kalau terjadi perbedaan pendapat di antara umatnya, beliau menyuruh kita untuk mengikuti pendapat yang paling banyak diikuti oleh ummatnya atau sering disebut sebagai pendapat ‘jumhur ulama’ atau pendapat mayoritas ulama, karena beliau menjamin bahwa tidaklah umatnya akan bersepakat untuk perbuatan maksiat. Yang dimaksud kesepakatan umatnya disini tentunya kesepakatan umatnya yang berilmu atau kesepakatan ulama.
Loe tahu sendiri MUI sudah menfatwakan haram bunga bank. Fatwa itu disusun oleh ulama-ulama dari seluruh Indonesia dan juga para pakar ekonomi. Terus Majelis Tarjih Muhammadiyah juga sudah mengeluarkan fatwa haramnya bunga bank. Begitu juga fatwa yang dikeluarkan dalam mu’tamar kedua Majma’ul Buhuts Al Islamiah, muktamar itu diikuti oleh para ulama dan fuqaha dari 35 negara Islam plus para pakar ekonomi dunia. Dalam muktamar itu diputuskan salah satunya bunga bank haram. dan masih banyak lagi fatwa para ulama atau fatwa-fatwa lembaga fatwa di dunia ini yang mengeluarkan fatwa haramnya bunga bank.
Namun ada sebagian ulama yang menghalalkan bunga bank seperti syaikh Dr. Muhammad Sayyid Thanthawi. Namun fatwa beliau ini sudah dibantah oleh banyak sekali ulama didunia. Salah satu kesalahan fatal fatwa beliau adalah kesalahan atas pendefinisian riba dan tafsir atas beberapa hadis tentang riba. Maklum, beliau adalah ulama ahli tafsir Al Quran. Beliau bukan ahli fikih. Meskipun demikian, kita tetap menghormati beliau karena keshalehan, keulamaan, dan keahliannya dalam menafsirkan Al Quran. Salah dalam memberiakan fatwa atau ijtihad kadang-kadang dilakukan oleh para ulama dari sejak dulu.”
Jayen: “Apa alasan atau argumentasi yang menyebabkan bunga bank itu riba?”
Saya: “seperti yang gue jelasin diatas, riba terjadi kalau ada syarat penambahan uang pokok pinjaman yang disyaratkan oleh si pemberi utang kepada yang ngutang. Bunga bank melakukan itu ga?”
Jayen: “maksudnya?”
Saya: “kalau loe pinjem duit ke bank, loe harus mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganyakan? Yang menetapkan besarnya bunga siapa? Pihak bank kan? Jadi yang mensyaratkan tambahan atas pokok uang pinjaman adalah pihak bank yang ngasih utangan. Itu riba kan? Meskipun bunga bank itu kecil, itu tetap riba.”

Cerita memang seperti dari asalnya.
Semoga bisa menuai Hikmah bagi segenap Muslim

Post a Comment

Previous Post Next Post